Contoh Hikayat Hang Tuah Kabayan Si Pitung 3. Sejarah atau Tambo Tema yang dikupas dalam cerpen adalah masalah yang sederhana. Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen tidak jauh berbeda dengan unsur intrinsik dalam drama, perbedaanya, dalam cerpen tidak mengenal dialog dan dalam cerpen gaya penceritaanya ditampilkan oleh penulisnya
Hikayat Hang Tuah merupakan salah satu karya sastra yang terkenal di Indonesia. Jika tertarik untuk mengetahui pembahasan tentang cerita hikayat Hang Tuah, kamu bisa menyimaknya dalam artikel ini. Yuk, langsung cek saja!Hikayat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah sebutan untuk prosa yang berisikan cerita yang bersifat historis, geografis, keagamaan, dan biografis yang bertujuan untuk menghibur atau menumbuhkan semangat juang. Salah satunya adalah cerita hikayat Hang belum familiar dengan hikayat itu, ulasan dalam artikel ini akan menyajikan info lebih dalam mengenai legendanya. Selain itu, terdapat juga uraian unsur intrinsik dan fakta menarik yang seru untuk Sudah tak sabar ingin mengetahui lebih jauh tentang cerita hikayat Hang Tuah? Kalau iya, simak uraiannya dalam penjelasan berikut, ya! Semoga saja ada pesan moral yang dapat kamu Rakyat Hikayat Hang Tuah Sumber Wikimedia Common Cerita rakyat hikayat Hang Tuah bermula dari hiduplah sepasang suami istri bernama Hang Mahmud dan Dang Merdu yang menetap di Sungai Duyung, sebuah kampung yang terletak di sebuah pulau di perairan Riau. Suami istri ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Hang Tuah. Pada suatu malam, mimpi tentang bulan yang turun dari langit menghiasi tidur Hang Mahmud. Cahaya dari bulan itu menyinari kepala Hang Tuah. Setelah terbangun dari tidurnya, Hang Mahmud segera memeluk dan menghujani kepala putranya dengan ciuman sambil berlinang air mata. Hang Mahmud percaya bahwa anaknya akan menjadi seseorang yang hebat. Ia kemudian mengirim Hang Tuah dari satu guru mengaji ke guru lainnya. Selain mendalami ilmu agama, Hang Tuah juga belajar beragam bahasa, di antaranya adalah bahasa Melayu, Keling, Cina, dan Portugis. Tak hanya pintar, Hang Tuah juga memiliki keberanian untuk berpetualang. Ia bersama dengan empat sahabat dekatnya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu pergi berlayar ke Laut Cina Selatan saat berumur 10 tahun. Untuk melindungi diri, masing-masing anak diberikan sebilah keris oleh orang tua mereka sebelum berangkat. Perahu yang ditumpangi oleh Hang Tuah dan kawan-kawannya ternyata diserang oleh tiga buah perahu lanun atau bajak laut. Meskipun begitu, kelima anak itu tidak gentar dan memancing para pelanun ke sebuah pulau untuk bertarung di daratan. Hasilnya, Hang Tuah dan empat sahabatnya berhasil melukai para pelanun dengan seligi tombak, tempuling tombak ikan dan panah sumpit. Para pelanun yang tidak terkena serang senjata dari kelima anak itu kemudian memilih untuk melarikan diri. Pertarungan pun dimenangkan oleh Hang Tuah dan kawan-kawannya. Dikagumi oleh Pejabat-Pejabat Kerajaan Bintan Selanjutnya dalam cerita rakyat hikayat Hang Tuah, dijelaskan kalau Hang Tuah bersama empat sahabatnya kemudian membawa para pelanun ke Singapura. Di tengah laut, ternyata perahu mereka dibuntuti oleh perahu para pelanun yang melarikan diri. Untungnya, saat itu terdapat tujuh perahu Batin Singapura yang sedang melintas menuju Bintan. Perahu para pelanun yang mengejar Hang Tuah dan kawan-kawannya kemudian dihadang perahu Batin Singapura dan membuat para bajak laut itu berbalik arah. Selanjutnya, Batin Singapura meminta penjelasan Hang Tuah beserta empat sahabatnya dan merasa kagum dengan keberanian kelima anak itu. Cerita kesuksesan Hang Tuah dan empat sahabatnya kemudian sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja Bintan. Tuan Bendahara pun mengangkat kelima orang itu sebagai anak angkatnya. Kehebatan kelima anak itu kemudian dilaporkan ke Baginda Raja Syah Alam yang ikut menganggap mereka sebagai anak angkat. Beberapa tahun kemudian, Hang Tuah beserta empat sahabatnya yang telah menjadi para pembesar kerajaan, diikutkansertakan oleh Baginda Raja Syah Alam untuk mencari pusat kerajaan yang baru. Rombongan ini mencari daerah yang pas di sekitar Selat Melaka dan Selat Singapura. Pada suatu hari, rombongan Baginda Raja Syah Alam yang singgah di Pulau Ledang melihat seekor kancil putih sebesar kambing ketika berburu. Hang Tuah berusaha menangkap kancil itu dengan melepaskan dua anjingnya, yakni Kibu Nirang dan Rangga Raya. Namun, tak disangka ternyata kancil putih itu berhasil menggigit dua anjingnya hingga jatuh ke sungai. Hang Tuah dan Hang Jebat yang masih terheran-heran dengan kejadian itu melanjutkan pengejaran. Anehnya, kancil putih itu tiba-tiba menghilang. Tuan Bendahara kemudian berkata bahwa hutan atau di mana pun wilayah yang terdapat kemunculan kancil putih, maka tempat itu bagus dibuat untuk negeri. Usul dari Tuan Bendahara lalu dirundingkan dengan para pembesar kerajaan lainnya dan akhirnya disetujui oleh Raja Syah Alam. Perjalanan ke Majapahit Dalam cerita rakyat hikayat Hang Tuah Melayu, tempat munculnya kancil putih di Pulau Ledang itu kemudian disebut dengan daerah Melaka karena banyak ditemukan pohon-pohon Melaka. Maka dari itu, tak mengherankan kalau kerajaan yang dibangun di tempat itu kemudian disebut dengan Kerajaan Melaka. Di tengah-tengah pembangunan negeri baru, Raja Syah Alam ternyata ingin meminang Tun Teja yang merupakan putri tunggal dari Bendahara Seri Benua di Indrapura. Sayangnya, pinangan sang raja ditolak oleh Tun Teja. Raja Syah Alam sedih dan kecewa pinangannya untuk menjadikan Tun Teja sebagai istri ditolak. Patih Kerma Wijaya lalu menyarankan supaya Baginda Raja menikahi putri tunggal Seri Betara Majapahit. Sang raja akhirnya mengutus patihnya bersama dengan Hang Tuah dan keempat sahabatnya ke Majapahit. Kedatangan rombongan Patih Kerma Wijaya dan Hang Tuah disambut dengan meriah oleh Seri Betara Majapahit. Namun, di tengah upacara penyambutan ternyata ada para pembuat keonaran yang berhasil dikalahkan oleh Hang Tuah dan kawan-kawan. Patih Kerma Wijaya kemudian pergi menghadap Seri Betara Majapahit. Ia menyatakan keinginan Raja Syah Alam untuk menikahi Raden Galuh Mas Ayu. Pinangan Raja Syah Alam disambut dengan sukacita, bahkan Seri Betara Majapahit menyarankan untuk segera melaksanakan pernikahan itu. Rombongan utusan dari Kerajaan Melaka kemudian kembali ke negeri asal mereka dan menyampaikan kabar bahagia itu kepada Baginda Raja. Raja Syah Alam lalu menyiapkan diri dan rombongannya demi pelayaran ke Majapahit untuk menggelar upacara pernikahan. Kedatangan Raja Syah Alam disambut meriah dan diarak dengan gajah menuju istana Seri Betara Majapahit. Selama proses pergelaran pernikahan berlangsung, Hang Tuah beserta empat sahabatnya tak pernah jauh dari sisi Baginda Raja. Kekacauan yang Dibuat oleh Taming Sari Sayangnya, satu hari sebelum pernikahan tiba, terdapat kekacauan di luar istana yang meresahkan masyarakat. Ternyata, keributan itu dipicu oleh Taming Sari yang mengamuk. Taming Sari ialah prajurit Majapahit yang sudah tua, tapi masih kuat dan tangguh. Hang Tuah sebagai pelindung Raja Syah Alam kemudian bertarung dengan Taming Sari. Serangan-serangan yang dilancarkan Hang Tuah awalnya tidak berhasil melukai Taming Sari. Namun, setelah Hang Tuah tahu bahwa kekuatan Taming Sari berasal dari kerisnya, ia lalu mengambil keris itu dan menyerang ke prajurit Majapahit tersebut. Setelah Taming Sari berhasil dikalahkan, Hang Tuah lalu menyerahkan keris Taming Sari kepada Seri Betara Majapahit. Namun, Seri Betara Majapahit menolak dan justru menganugerahkan keris itu kepada Hang Tuah serta memberinya gelar sebagai Laksamana. Upacara pernikahan Raja Syah Alam dan Putri Raden Galuh Mas Ayu akhirnya berhasil dilaksanakan. Perayaan pernikahan antara Raja Kerajaan Malaka dan Putri Kerajaan Majapahit digelar sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam. Rombongan Raja Syah Alam dan Raden Galuh Mas Ayu kemudian kembali ke Melaka. Selama bertahun-tahun, Kerajaan Melaka menjadi negeri yang aman dan tenteram. Hang Tuah sebagai laksamana melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi kesayangan Baginda Raja. Beredarnya Fitnah untuk Mencelakai Hang Tuah Sayangnya, keistimewaan yang dimiliki oleh Hang Tuah mengundang iri dan dengki dari para pegawai kerajaan dan istana. Fitnah untuk menjatuhkan Hang Tuah kemudian disebarkan di sekitar istana yang berisikan rumor bahwa laki-laki ini telah berbuat yang tidak senonoh dengan seorang dayang istana. Raja Syah Alam yang mendengar kabar tersebut marah dan tanpa menyelidiki kebenaran rumor langsung menugaskan Tuan Bendahara untuk mengusir Hang Tuah. Meskipun Tuan Bendahara sebenarnya tidak percaya dengan rumor itu, ia pun terpaksa menyuruh Hang Tuah untuk sementara waktu pergi dari Kerajaan Melaka. Hang Tuah kemudian pergi ke Indrapura dan bertemu dengan Dang Ratna. Laksamana ini diangkat menjadi anak oleh Dang Ratna. Ia juga memiliki hubungan dekat dengan Tun Teja dan telah dianggap seperti keluarga sendiri. Beberapa waktu kemudian, tada perahu Melaka yang singgah di Indrapura. Perahu itu dipimpin oleh Tun Ratna Diraja dan Tun Bija Sura yang datang dari perjalanan membeli gajah di Myanmar. Hang Tuah kemudian ikut dengan kapal tersebut untuk kembali ke Melaka. Sesampainya di Kerajaan Melaka, Hang Tuah menghadap di depan raja dalam keadaan terikat. Ia kemudian mempersembahkan anak panah manikam dan cermin yang telah didambakan Baginda Raja. Selain itu, laksamana ini juga membawa Tun Teja yang dulu pernah menolak pinangan Raja Syah Alam. Tak disangka, Baginda Raja menyuruh pengawalnya untuk melepas ikatan Hang Tuah dan pimpinan Kerajaan Melaka ini kemudian merangkul laksamana kesayangannya ini. Hang Tuah pun kembali menjadi laksamana kebanggaan Kerajaan Melaka dalam cerita rakyat hikayat Hang Tuah. Baca juga Cerita Asal Usul Kota Semarang Beserta Ulasannya yang Lengkap dan Menarik Bertarung dengan Sahabat Sendiri Sumber Potret Setelah beberapa tahun sejak kembali ke Melaka, lagi-lagi Hang Tuah kembali mendapat tuduhan kalau ia telah berbuat tidak sopan dengan dayang istana. Fitnah itu dilontarkan oleh Patih Kerma Wijaya dan pengikutnya yang iri dengan kedudukan Hang Tuah. Raja Syah Alam kemudian memerintahkan Tuan Bendahara untuk menghabisi nyawa Hang Tuah. Tuan Bendahara yang merasa sedih dan bersalah karena tidak bisa membela Hang Tuah lalu menyuruh laksamana ini untuk mengungsi ke Hulu Melaka. Posisi Hang Tuah kemudian digantikan oleh salah satu dari empat sahabatnya, yakni Hang Jebat. Sayangnya, semenjak memutuskan untuk mengadili Hang Tuah, Raja Syah Alam ternyata sering bertampak murung. Hang Jebat yang dipercayai sebagai Laksamana Kerajaan Melaka ternyata menggunakan jabatannya dengan sewenang-wenang. Ia seringkali dipergoki sedang menggoda dan bermain dengan dayang-dayang istana. Perilaku tidak senonoh Hang Jebat kemudian sampai di telingan tiga sahabat Hang Tuah lainnya, yaitu Hang Lekir, Hang Kasturi, dan Hang Lekiu. Ketiga orang ini berusaha menyadarkan perbuatan keliru sahabatnya itu. Hang Jebat tak mau mengalah dan menganggap kalau apa yang ia lakukan adalah sebagai bentuk rasa tidak sukanya kepada Baginda Raja yang telah membunuh Hang Tuah. Hang Kasturi pun mau tidak mau menyerang Hang Jebat dibantu oleh para sahabat dan prajurit istana. Sayangnya, usaha itu sia-sia belaka. Pertarungan Hang Tuah dengan Hang Jebat Melihat kekacauan yang dilakukan oleh Hang Jebat, Tuan Bendahara pun menghadap ke Raja Syah Alam. Ia berterus terang bahwa ia tidak membunuh Hang Tuah dan menyarankan Baginda Raja untuk memanggil mantan laksamana itu kembali untuk berhadapan dengan Hang Jebat. Raja Syah Alam menyambut baik kejujuran Tuan Bendahara dan menyetujui sarannya. Tuan Bendahara kemudian menjemput dan menyampaikan keinginan Baginda Raja kepada Hang Tuah. Mantan laksamana dengan senang hati menyanggupi tugas yang diberikan oleh Raja Syah Alam. Hang Tuah dibekali keris Purung Sari oleh Baginda Raja karena keris Taming Sari telah diberikan ke Hang Jebat. Mantan laksamana ini kemudian menantang Hang Jebat untuk berduel satu sama lain. Pertarungan antara Hang Tuah dan Hang Jebat berlangsung selama beberapa hari dan memakan banyak korban yang tak berdosa. Hang Jebat masih keras kepala terus melancarkan serangannya kepada Hang Tuah. Pada akhirnya, duel antara mantan laksamana dan laksamana itu dimenangkan oleh Hang Tuah. Hang Jebat yang telah terluka parah langsung jatuh tersungkur dan tidak bangkit lagi. Hang Jebat masih menghembuskan nafasnya hingga ia mati di pangkuan Hang Tuah. Memimpin Pelayaran Ke India dan Bertempur dengan Portugis Raja Syah Alam mengutus Laksamana Hang Tuah untuk pergi berlayar ke Kerajaan Bijaya Nagaram di India. Kunjungan ini bermaksud untuk merekatkan hubungan dua kerajaan dalam urusan perdagangan demi kesejahteraan rakyat. Rombongan Hang Tuah disambut dengan hangat oleh para pembesar dan Raja Kerajaan Bijaya Nagaram. Kecakapan yang dimiliki laksamana Kerajaan Melaka ini kemudian membuat Raja Kerajaan Bijaya Nagaram untuk memimpin duta kerajaan itu ke Cina. Sesampainya di Cina, rombongan Hang Tuah dan duta Kerajaan Bijaya Nagaram disambut oleh para pembesar Kerajaan Cina. Setelah itu, rombongan ini kemudian memutuskan kembali ke India untuk memulangkan duta Kerajaan Bijaya Nagaram. Sayangnya, kapal yang dipimpin Hang Tuah diserang oleh rombongan kapal Portugis yang pernah berselisih dengan laksamana ini di pelabuhan milik Kerajaan Cina. Namun, perang di tengah laut itu sukses dimenangkan oleh Hang Tuah. Rombongan dalam cerita rakyat hikayat Hang Tuah kemudian diutarakan melanjutkan perjalanan ke India dan mengakhiri ekspedisinya dengan pulang ke Melaka. Hang Tuah melaporkan segala yang ia jumpai di Kerajaan Bijaya Nagaram dan Kerajaan Cina kepada Raja Syah Alam. Akhir Hidup Laksamana Kerajaan Melaka Pada suatu waktu, Raja Syah Alam beserta keluarganya berlibur ke Singapura untuk menghilangkan rasa jenuh. Ketika tiba di Selat Singapura, rombongan keluarga kerajaan ini berjumpa dengan ikan bersisik emas. Baginda Raja beserta anggota keluarganya beramai-ramai ingin melihat dengan jelas ikan bersisik emas itu. Karena tidak hati-hati, mahkota emas milik Baginda Raja kemudian jatuh ke lautan. Tanpa ragu-ragu, Hang Tuah langsung menerjunkan diri ke laut untuk mengambil mahkota raja. Sayangnya, Hang Tuah yang hampir berhasil mencapai perahu bersama dengan mahkota raja ternyata tiba-tiba diserang seekor buaya putih. Keris Taming Sari yang ia bawa juga ikut terlepas bersama mahkota emas. Buaya putih itu kemudian menyeret Hang Tuah hingga ke perairan air laut yang lebih dalam. Hang Tuah yang tidak kuat menahan napas lebih lama lagi terpaksa muncul ke permukaan. Apa boleh buat, mahkota raja dan keris milik laksamana ini tak berhasil diselamatkan walaupun Hang Tuah telah berusaha sekuat mungkin. Setelah kejadian itu, Raja Syah Alam sering tampak murung. Kondisi Hang Tuah sendiri mulai terlihat lebih sering sakit dan jarang menghadap rajanya. Tak disangka, ternyata kapal-kapal Portugis yang dulu pernah dikalahkan laksamana menyerang Kerajaan Melaka. Baginda Raja kemudian mengutus Maharaja Setia dan Maharaja Dewa untuk memimpin pertarungan karena Hang Tuah yang masih sakit. Namun, peperangan dengan kapal-kapal Portugis itu tak kunjung selesai. Raja Syah Alam akhirnya mau tak mau mengirim utusan ke hadapan Hang Tuah untuk membantu Kerajaan Melaka. Meskipun kondisi tubuhnya sedang sakit, laksamana Kerajaan Melaka ini bertarung dengan sepenuh hati untuk negerinya. Pada akhirnya dalam cerita rakyat hikayat Hang Tuah, pertempuran berhari-hari antara Portugis dan Kerajaan Melaka itu berhasil dimenangkan oleh Hang Tuah. Setelah Raja Syah Alam turun takhta beberapa tahun setelah peperangan itu, Hang Tuah yang telah lanjut usia memutuskan untuk menyepi di puncak Bukit Jugara di Melaka. Baca juga Kisah Asal-Usul Kesenian Populer Reog Ponorogo Beserta Ulasan Menariknya Unsur Intrinsik Hikayat Hang Tuah Sumber Wikimedia Common Setelah menyimak tentang ulasan mendalam cerita rakyat Hikayat Hang Tuah, kamu barangkali ingin mengetahui apa saja unsur-unsur intrinsik yang ada dalam legenda itu. Yuk, simak penjelasannya dalam uraian berikut! 1. Tema Inti atau tema cerita rakyat hikayat Hang Tuah adalah tentang kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Hang Tuah. Laksamana ini mengabdikan dirinya untuk melayani negerinya, Kerajaan Melaka, hingga ia tutup usia. 2. Tokoh dan Perwatakan Terdapat beberapa tokoh yang berperan penting dalam kisah Hang Tuah, di antaranya adalah Hang Tuah, Raja Syah Alam, Tuan Bendahara, dan Hang Jebat. Sesuai dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Hang Tuah memiliki karakter yang setia, tidak mudah menyerah, dan ahli dalam berperang. Sementara itu, Raja Syah Alam digambarkan sebagai karakter yang berwibawa tapi mudah percaya dengan rumor. Meskipun begitu, Baginda Raja merupakan sosok yang berhati lembut dan tidak menutupi emosinya. Tuan Bendahara adalah tokoh yang bijaksana, loyal, dan bertanggung jawab. Ia tidak mudah percaya dengan fitnah yang menuduh Hang Tuah dan menolong laksamana itu untuk tetap bertahan hidup. Untuk Hang Jebat sendiri, ia sebenarnya adalah sosok yang baik dan loyal tapi berubah menjadi jahat akibat dipengaruhi lingkungannya. 3. Latar Latar atau tempat kejadian di mana narasi perjuangan Hang Tuah terjadi setidaknya berada di beberapa tempat. Sebut saja Sungai Duyung, Indrapura, Kerajaan Melaka, Kerajaan Majapahit, Selat Singapura, Kerajaan Bijaya Nagaram, dan Kerajaan Cina. 4. Alur Alur dari cerita rakyat hikayat Hang Tuah termasuk dalam jenis alur maju atau progresif. Kisah Hang Tuah dimulai dari kelahirannya, kemudian keberaniannya melawan para pelanun hingga menarik perhatian para pembesar Kerajaan Melaka. Puncak konflik dari kisah laksamana hebat ini terjadi ketika ia menghadapi bangsa Portugis yang hendak menguasai Kerajaan Melaka. Sementara itu, akhir dari legenda yang populer dalam sastra Melayu ini adalah Hang Tuah yang memutuskan untuk menikmati sisa hidupnya dengan menyepi di puncak bukit. 5. Pesan Moral Berdasarkan dari narasi di atas, kamu dapat mengambil beberapa pesan moral. Yang pertama adalah untuk tidak mudah mempercayai rumor yang beredar sebelum membuktikan kebenarannya. Kalau tidak, kamu bisa saja merugikan orang lain karena sikap yang tidak hati-hati itu. Sementara itu, keberanian yang ditunjukkan oleh Hang Tuah bisa kamu jadikan sebagai inspirasi dalam menghadapi lika-liku hidup. Selain itu, laksamana ini juga mengajarkan untuk tetap setia dengan orang-orang yang menaruh kepercayaan mereka padamu. Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang dapat kamu jumpai dalam hikayat ini, yakni norma-norma yang diterapkan di masyarakat. Berdasarkan isi legendanya, terdapat norma sosial, budaya, dan moral yang berlaku dalam masyarakat setempat. Baca juga Kisah Ande Ande Lumut dari Jawa Timur Beserta Ulasannya yang Seru untuk Disimak Fakta Menarik Sumber Wikimedia Common Sudah puas menyimak ulasan tentang cerita rakyat hikayat Hang Tuah? Kalau iya, kali ini informasi berikut akan mengulas seputar fakta-fakta menarik yang berhubungan dengan hikayat tersebut. Yuk, simak! 1. Tokoh yang Terkenal di Malaysia Kisah heroik Hang Tuah tak hanya populer di Indonesia, melainkan juga di Malaysia. Ia dianggap sebagai pahlawan legendaris dan dihormati oleh masyarakat di Negeri Jiran. Makam pahlawan dan laksamana hebat ini terletak di Tanjung Kling, Melaka, Malaysia. Kuburannya sendiri tergolong besar dan dihiasi dengan ornamen-ornamen indah sebagai bentuk rasa terima kasih masyarakat atas keberaniannya. 2. Asal Usul Hang Tuah Masih Dipertanyakan Meskipun diyakini lahir dan tumbuh besar di Malaysia, ada beberapa pendapat yang masih mempertanyakan asal usul Hang Tuah. Alasannya, nama keluarga Hang tidak begitu familier di kalangan masyarakat Malaysia. Beberapa orang berpendapat bahwa laksamana ini merupakan laki-laki yang berasal dari Republik Tiongkok. Nama keluarga Hang sendiri mirip dengan nama putri dari Kerajaan Tiongkok yang menikah dengan Sultan Mansyur Syah, yakni Hang Li Po. Baca juga Legenda Aji Saka dan Asal Usul Aksara Jawa Beserta Ulasan Lengkapnya Cerita Rakyat Hikayat Hang Tuah dari Kebudayaan Melayu yang Legendaris Demikian ulasan lebih dalam tentang cerita rakyat hikayat Hang Tuah singkat yang dapat kami rangkum. Semoga saja informasi yang telah kami jelaskan di atas bisa menambah wawasanmu terhadap karya sastra bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Selain artikel ini, kamu bisa menyimak kumpulan cerita rakyat lainnya di PosKata. Beberapa di antaranya adalah tentang mitos Nyi Roro Kidul, Ande-Ande Lumut, dan asal usul Telaga Warna. Selamat membaca! PenulisAulia DianPenulis yang suka membahas makeup dan entertainment. Lulusan Sastra Inggris dari Universitas Brawijaya ini sedang berusaha mewujudkan mimpi untuk bisa menguasai lebih dari tiga bahasa. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. UnsurUnsur Hikayat Unsur Intrinsik adalah Unsur yang 1. membangun hikayat dari dalam. 1. Tema 2. Alur cerita 3. Tokoh atau penokohan 4. Latar 5. Amanat 6. Sudut pandang 8. C. Unsur-Unsur Hikayat Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 035005 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d77d887fa07b906 • Your IP • Performance & security by CloudflareKD: 15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan dengan hikayat Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik A. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam cerita. Unsur tersebut membangun cerita sehingga menjadi utuh dan menarik. Unsur-unsur itu antara lain; 1. Alur cerita (plot) atau jalan cerita Hikayat Hang Tuah Oleh Juwintar Febriani A Hikayat Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Sekarang ini hikayat sudah tidak ditemukan lagi, banyak yang menduga mengapa hikayat ditinggalkan karena hikayat terlalu bersifat tradisional di dalam unsur ceritanya. Hikayat Hang Tuah menceritakan kehidupan Hang Tuah dan pertarungannya dengan Hang Jebat. Menurut narasumber hikayat sudah tidak pernah dijumpai lagi terbitannya, tetapi banyak nilai-nilai dari hikayat yang bisa diambil dan diaplikasikan sebagai masyarakat Melayu. Hikayat umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mujizat sang tokoh utama. Ciri-Ciri Hikayat a Anonim pengarangnya tidak dikenal. b Istanasentris menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kerajaan. c Bersifat statis tetap, tidak banyak perubahan dalam cerita. d Bersifat komunal menjadi milik masyarakat. e Bersifat tradisional adanya penerusan budaya/adat/tradisi /kebiasaan. Macam-Macam Hikayat Berdasarkan Isi a Cerita Rakyat b Epos India c Cerita Jawa d Cerita Islam e Sejarah dan Biografi f Cerita Berbingkai Macam-Macam Hikayat Berdasarkan Asal a Melayu Asli Hikayat Hang Tuah bercampur unsur islam Hikayat Si Miskin bercampur unsur islam b Pengaruh Jawa Hikayat Panji Semirang c Pengaruh Hindu India Hikayat Sri Rama dari cerita Ramayana d Pengaruh Arab-Persia Hikayat Amir Hamzah Pahlawan Islam Hikayat Bachtiar Hikayat Seribu Satu Malam Gambaran Hikayat Hang Tuah Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah. Cerita tersebut terkenal sebagai cerita rakyat dari Kepulauan Riau, yang bercerita seorang kestaria asal Melayu bernama Hang Tuah. Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug reyot dengan orang tua bernama Hang Mahmud dan Dang Merdu. Hang Tuah tinggal di Pulau Bintan di daerah Kepulauan Rian. Ia orang terkenal karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negaranya dalam segala hal. Hikayat ini bercerita pada kesetiaan Hang Tuah pada Sri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah dibunuh oleh Hang Tuah. Hal ini sampai sekarang, terutama di kalangan Bangsa Melayu masih menjadi kontroversial. Siapakah yang benar Hang Tuah atau Hang Jebat? Adu domba yang terjadi antara Hang Tuah dan Hang Jebat—sahabatnya membuat perang besar meletus. Namun dengan kekuatannya, Hang Tuah dapat memenangkan perang tersebut dan beliau menjadi laksamana yang terpandang di Kerajaan Bintan hingga masa tuanya. Hikayat Hang Tuah, disebut sebagai cerita Melayu asli Indonesia. Makna Hikayat Hang Tuah Hikayat Hang Tuah tidak diketahui siapa penulisnya, sekarang para peneliti sejarawan sedang meneliti tentang munculnya prosa hikayat Hang Tuah dimulai sejak tahun berapa. Hikayat Hang Tuah juga sudah diperhitungkan akan dimasukkan dalam kategori sejarah. Hikayat Hang Tuah sangat erat dengan unsur kepahlawanan dalam kehidupan kerajaan. Watak Hang Tuah yang bijak, baik, berwibawa, serta berani adalah watak yang harus dimiliki dalam adat Melayu. Kehidupan orang melayu haruslah memiliki watak layaknya Hang Tuah dalam bertindak untuk memutuskan sesuatu hal. Banyak nilai yang di dapat dari kehidupan Hang Tuah, sosok yang begitu dicintai oleh semua orang serta dihormati karena sifat serta kedudukannya. Tidak perduli dengan sifat orang-orang yang menentang kehadirannya, Hang Tuah tetap menjadi pahlawan. Nilai-nilai agama berupa hukum dalam ajaran Allah juga termasuk unsur dari dalam hikayat ini, nilai sosial budaya adalah terkandungnya nilai-nilai adat Melayu Kuno, serta nilai moral yang berupa karakter bijak Hang Tuah dalam menanggapi masalah. Mangga kite nak berbuah Sebab ditanam di tanah subur Sekian hikayat Hang Tuah Mari berbijak serta berluhur Narasumber Ibu Suzzana Dosen FKIP -o0o- Unsurintrinsik membangun hikayat dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik membangun dari luar. 5.1 Unsur Intrinsik. Terdapat tujuh unsur intrinsik pembangun hikayat dari dalam, di antaranya tema, latar, alur, amanat, tokoh, sudut pandang, dan gaya. Tema merupakan gagasan yang mendasari terciptanya sebuah cerita. Tema dalam karya sastra ini dapat Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, “Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istrinya istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya, “Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi makan jauh-jauh.” Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampung. Gemparlah Negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?” Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,” Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menusukkan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,” Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!” Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelahlah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,” Dia akan memjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekui. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebet dan Hang Kesturi bertanya kepadanya.”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?” Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.” Kemudian karenaa kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yan juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja. Maka saat Sang BAginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja,”Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari pegawai-pegawai saya.” Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” maka seluruh menteri-menteri itu menjawab,” Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelek kan orang itu. Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah,”Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab ,”Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datamh untuk mengawasi mereka.” Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,”Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun disembunyikan disebuah hutan oleh Bendahara kerajaan. Di pihak lain Hang Jebat dilantik oleh Raja menggantikan Hang Tuah. Lalu keris Hang Tuah telah dianugerahkan kepada Hang Jebat yang dulu adalah kawan dekat Hang Tuah. Han Jebat menyangka Hang Tuah telah meninggal karena hukuman mati yang dijatuhkan Raja. Kemudiah Hang Jebat melakukan pemberontakan kepad Raja dan mengambil alih kekuasaan istana. Tidak seorang pun yang bisa melawan Hang Jebat baik itu pendekar atau panglima yang ada di Malaka, karena Hang Jebat sudah kebal denga nbantuan keris Hang Tuah. Raja terpaksa melarikan diri dan berlindung di rumah bendahara. Akhirnya pada waktu tu Raja baru mensal telah membunuh Hang Tuah yang tidak bersalah. Inilah saatnya Bendahara menberi tau bahwa Hang Tuah masih hidup. Hang Tuah kemudiannya telah dipanggil pulang dan ditugaskan untuk membunuh Hang Jebat. Akhirnya Hang Tuah berhasil merampas keris miliknya dari Hang Jebat, setelah tujuh hari pertarungan. Lalu Hang Tuah membunuh Hang Jebat. Dalam pertarungan ini, Hang JEbat menjelaskan bahwa dulu dia membela sahabatnya Hang Tuah yang telah difitnah dan dijatuhi hukuman mati oleh Raja. Tapi dipihak lain, Hang Tuah telah membantu Raja yang sebelum itu menjatuhkan hukuman tanpa bukti yang kuat. Ø Unsur Intrinsik Tema Negeri Kerajaan Alur Maju menceritakan kejadian secara beruntun Tokoh dan watak - Hang Tuah baik, bijak berwibawa - Hang Jebat pembalas dendam - Sang Raja baik, sopan, mudah percaya dan mudah terpengaruhi - Tumenggung licik, jahat Latar - Tempat sungai, Bintan, Pasar, Istana - Suasana ramai, tegang, sepi, senang - Waktu pagi, malam Sudut pandang orang ketiga serba tau Amanat - Sebagai pemimpin kita jangan hanya mendengar keterangan dari satu pihak saja melainkan dengan pihak yang bersangkutan juga. - Kejujuran dapat menghancurkan hati yang iri dan dengki. Ø Unsur Ekstrinsik Nilai Moral Kita harus berjuang menjalani hidup dan tidak boleh terpengaruh oleh orang lain Nilai Budaya Kita harus berbaki kepada orang tua agar perjuagan kita barokah Nilai Sosial Kita harus mementingkan Negara dan rakyat diatas kepentingan kita sendiri Nilai Religius Percaya kepada Tuhan akan membuat hati lebih tenang dan barokah Nilai Pendidikan Kejujuran, sopan santun dan kerja keras akan bisa mengalahkan semua fitnah, iri, dan keburukan lainnya Jenissejarah, seperti: hikayat Hang Tuah, hikayat Pattani, dan hikayat Raja-Raja Pasai c. Jenis biografi, seperti: hikayat Abdullah dan hikayat Sultan Ibrahim bin Adam yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. a. Unsur intrinsik merupakan unsur yang menyusun sebauh karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra Sinopsis Sastra Angkatan Pujangga Lama. Hang Tuah adalah seorang pemuda miskin. Bapaknya bernama Hang Mahmud dan Ibunya Dang Merdu Wati. Mereka hanya tinggal di sebuah gubug di Kampong Sungai Duyong. Bapaknya dulu pernah menjadi hulubalang istana yang handal. Sedangkan ibunya juga merupakan keturunan dayang di istana. Banyak penduduk di Sungai Duyung mendengar kabar bahwa Raja Bintan adalah raja yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya. Waktu Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya untuk pergi ke Bintan mendapatkan pekerjaan untuk hidup yang lebih baik di tanah Bintan yang makmur. Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud seketika terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu Wati lalu langsung memandikan dan melulurkan anaknya. Kemudian memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu Wati memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan bagi Hang Tuah. Besok harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Tiba-tiba pemberontak datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampung. Negeri Bintan menjadi rusuh itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Semua orang melarikan diri ke kampung, kecuali Hang Tuah. Lalu pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Ibunya Hang Tuah berteriak dari atas toko dan menyuruh anaknya melarikan diri. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah dan menikamnya bertubi-tubi. Dengan sigap Hang Tuah lalu melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Di lain pihak, sejak berada di Bintan, Hang Tuah muda bertemu dan bersahabat dengan Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Kelima pemuda itu diceritakan selalu bersama-sama. Hang Tuah dan empat orang kawannya Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu menuntut ilmu bersama Adiputra di Gunung Ledang. Di tempat ini Hang Tuah telah jatuh cinta pada Melor yaitu putri asli yang tinggal di Gunung Ledang dan menjadi pembantu Adiputra. Setelah selesai menuntut ilmu, mereka berlima kembali ke kota Melaka. Pada suatu hari, mereka berhasil menyelamatkan Dato’ Bendahara sama seperti Perdana Menteri dari amukan seseorang yang berbahaya. Dato’ Bendahara berterima kasih dan kagum dengan ketangkasan mereka dan mengajak mereka semua ke rumahnya lalu mengajak mereka untuk bertugas di istana. Kemudian Hang Tuah dan kawan-kawan sangat disayangi oleh Sultan, dan akhirnya Hang Tuah mendapat gelar Laksamana. Waktu mendampingi mengiringi Sultan Malaka ke Majapahit di Pulau Jawa, Hang Tuah juga berhasil membunuh seorang pendekar Jawa bernama Taming Sari. Dalam pertarungan itu Taming Sari, seorang pendekar yang kebal dari senjata tajam. Tapi Hang Tuah tahu rahasia kekebalan Taming Sari terletak pada kerisnya. Lalu Hang Tuah berhasil merampas keris dan membunuh Taming Sari. Keris itu kemudiannya dianugerahkan oleh Betara Majapahit kepada Hang Tuah. Pemilik keris ini akan menjadi kebal seperti pendekar Jawa Taming Sari. Pada suatu hari Hang Tuah ditugaskan ke Pahang untuk mendapatkan Tun Teja yang akan dijadikan permaisuri Sultan Malaka. Ketika Hang Tuah ke Pahang, Melor turun dari Gunung Ledang mencari Hang Tuah. Tapi Melor telah ditawan oleh Tun Ali atas hasutan Patih Karma Vijaya untuk dijadikan gundik Sultan. Atas muslihat Tun Ali juga, Hang Tuah yang kembali dari Pahang akhirnya dapat berjumpa Melor. Namun Sultan melihat perbuatan Hang Tuah itu. Lalu terjadilah fitnah. Maka Sultan menghukum Melor dan Hang Tuah akan dihukum mati, karena dituduh berzina dengan Melor yang telah menjadi gundik Sultan. Tapi kenyataannya, hukuman mati tidak dilaksanakan oleh Bendahara tapi Hang Tuah disembunyikan di sebuah hutan di Hulu Melaka. Di lain pihak, Hang Jebat dilantik oleh Sultan menjadi Laksamana menggantikan Hang Tuah. Lalu keris Taming Sari telah dianugerahkan kepada Hang Jebat yang dulu adalah kawan dekat Hang Tuah. Hang Jebat menyangka Hang Tuah telah meninggal karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh Sultan. Kemudian Hang Jebat menurut Hikayat Hang Tuah atau Hang Kasturi menurut Sejarah Melayu, melakukan pemberontakan kepada Sultan dan mengambil alih kekuasaan istana. Tidak seorang pun yang bisa melawan Hang Jebat baik itu pendekar atau panglima yang ada di Melaka, karena Hang Jebat atau Hang Kasturi sudah kebal dengan bantuan keris Taming Sari. Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri dan berlindung di rumah Bendahara. Akhirnya pada waktu itu baginda baru menyesal telah membunuh Hang Tuah yang tidak bersalah. Inilah saatnya Bendahara memberitahu bahwa Hang Tuah masih hidup. Hang Tuah kemudiannya telah dipanggil pulang dan ditugaskan untuk membunuh Hang Jebat. Akhirnya Hang Tuah berhasil merampas keris Taming Sarinya dari Hang Jebat, setelah tujuh hari pertarungan. Lalu Hang Tuah membunuh Hang Jebat. Dalam pertarungan panjang ini, Hang Jebat menjelaskan bahwa dulu dia membela sahabatnya Hang Tuah yang telah difitnah dan dijatuhi hukuman mati oleh Sultan. Tapi di lain pihak, Hang Tuah telah membantu sultan yang sebelum itu menjatuhkan hukuman tanpa bukti yang kuat. Lalu Hang Jebat mengacu pada hadist Abu Bakar Siddiq bahwa jika seorang Muslim bersalah, maka rakyat boleh menjatuhkannya. Berdasarkan alasan tersebut, makanya Hang Jebat dulu memberontak pada Sultan, dan berusaha menegakkan kebenaran. — Catatan redaksi Sampai saat ini cerita ini masih menjadi perdebatan orang melayu. Ada yang menganggap Hang Tuah sebagai pahlawan, dan ada pula yang menganggap bahwa pahlawan yang sebenarnya adalah Hang Jebat. Di pihak yang mendukung Hang Tuah, ada sebuah alasan yang dikemukakan yaitu Hang Jebat bukan saja memberontak kepada sultan, tapi juga telah banyak membunuh penduduk Malaka yang tidak berdosa. Oleh karena itu wajarlah jika Hang Tuah membunuh Hang Jebat, karena dia berhak membunuh orang yang telah membunuh penduduk. Ada sebuah sumpah yang terkenal dari Hang Tuah ialah “Tak Melayu hilang di dunia”. Artinya adalah suku Melayu tidak akan punah di bumi ini. Originally posted 2012-11-05 141506. Republished by Blog Post Promoter Berikuturaian analisis unsur intrinsik hikayat indera bangsawan. 1. Tema Hikayat Indera Bangsawan Tema hikayat indera bangsawan adalah usaha kerja keras dan perjuangan dua putra raja dalam membuktikan kepantasannya meneruskan takhta raja. 2. Tokoh Hikayat Indera Bangsawan
Contoh Teks Hikayat – Setelah sebelumnya telah menerangkan materi tentang Cerita Fabel. Maka pada pertemuan kali ini kembali akan sampaikan materi tentang Contoh Teks Hikayat Singkat beserta Struktur, Instrinsik dan Ekstrinsik. Nah untuk lebih jelasnya bisa sobat simak ulasan selengkapnya di bawah ini. Pengertian Hikayat Contoh Teks Hikayat Singkat Apa yang dimaksud dengan Hikayat ? yakni merupakan sebuah bagian dari salah satu karya sastra lama yang berbentuk prosa, yang mana di dalamnya isinya menceritakan mengenai kehidupan dari sejumlah orang – orang yang sangat terkenal maupun seorang bangsawan. Pada mmumnya setiap penyampaiannya banyak menerapkan bahasa melayu dan isinya mengenai cerita, kisah, dan juga sebuah dongeng. Berdasarkan definisi dari bahasa hikayat yang mana tersusun atas kata “haka” yang didapat dari bahasa arab yang mempunyai makna menceritakan atau bercerita. Di bawah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai struktur hikayat yang diantaranya ialah sebagai berikut Abstraksi yakni merupakan sebuah permulaan pada sebuah cerita atau u suatringkasan inti atas cerita tersebutOrientasi yakni merupakan suatu keterangan mengenai suasana, tempat, dan waktu atas hikayat tersebutKomplikasi yakni merupakan suatu urutan peristiwa yang di dikaitkan menjadi sebab akibat. Dengan adanya bagian ini nantinya kita bisa memahami mengenai watak dan karakter dari tokoh ceritaEvaluasi yakni merupakan suatu klimaks dari permasalahan yang ada di dalam sebuah cerita tersebutResolusi yakni merupakan jalan keluar/solusi atas konflik yang tengah dihadapi oleh si pelaku atau tokohKoda yakni merupakan se4buah nilai atau hikmah yang bisa dipetik dari sebuah cerita hikayat tersebut. Contoh Hikayat Singkat Beserta Unsur Intrinksinya Hikayat Si Miskin Pada suatu hari terdapat pasangan suami istri yang dikutuk akan mengalami hidup syang selalu dalam keadaan miskin. Kemudian pada suatu hari mereka dikaruniai seorang bayi putra yang diberi nama si Marakarma, lalu sejak anak tersebut lahir hidup mereka pun mengalami banyak perubahan bahkan mereka akhirnya menjadi sejahtera dan serba berkecukupan. Namun tatkala anak itu tumbuh Ayahnya dihasut dan pada akhirnya termakan hasutan para ahli nujum yang berkata bahwasannya anak tersebut adalah pembawa sial dan mereka musti segera membuangnya. Namun sesudah anak tersebut dibuangnya, akhirnya merekapun kembali keasalnya menjadi hidup sengsara. Kemudian pada saat anak tersebut dibuang, dimana pada kala itu pula si Marakrama belajar ilmu kesaktian” hingga pada suatu hari ia dituduh mencuri dan akhirnya ia dibuang ke laut. Kemudian Ia terdampar di sisi pantai yang merupakan tempat tinggal dari seorang raksasa yang sangat dan memakan apapun saja yang diahadapannya. Kemudian akhirnya Ia pun berhasil ditemukan oleh seorang Putri Cahaya lalu diselamatkannyalah si malakarma. Kemudian Mereka pun akhirnya pergi bergegas meninggalkan tempat tersebut setelah berhasil membunuh raksasa tersebut. Namun Nahkoda kapal pun mempunyai niat yang sangat buruk untuk melemparkan si Marakarma ke laut, kemudian ada seekor ikan yang membantunya dan membawanya ke Negeri Pelinggam Cahaya, di mana tempat kapal tersebut akan singgah. Akhirnya si Marakrama pun ikut tinggal bersama Nenek Kebayan dan ia pun telah mengetahui bahwa Putri Mayang tak lain dan tak bukan adalah adik kandungnya. Hingga kemudian si Marakarma pun kembali ke Negeri Puspa Sari dan mendapati ibunya menjadi pemungut kayu. Tak lama si marakarma pun berdoa memohon kepada dewa agar dapat mengembalikan kondisi Puspa Sari seperti semula. Hingga seketika Puspa Sari pun hidup makmur sehingga menyebabkan Maharaja Indra Dewa iri dengki terhadapnya dan akhirnya menyerang Puspa Sari. Setelah kejadian tersebut akhirnya si Marakrama diangkat menjadi Sultan Mercu Negara. Unsur Intrinsik dalam hikayat Si Miskin Tema Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan. Alur Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan. Setting/ Latar -Setting Tempat Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Suasana tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan, Sudut Pandang Pengarang orang ketiga serba tahu. Amanat – Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.– Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata oranlain. – Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah hati. – Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya. – Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.– Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal. – Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan. Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin 1. Nilai Moral – Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita. – Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain. 2. Nilai Budaya – Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua. – Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua. 3. Nilai Sosial – Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. – Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain. 4. Nilai Religius – Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya. – Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia. 5. Nilai Pendidikan – Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. –Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya Contoh Hikayat Singkat Beserta Unsur Intrinksinya Hikayat Mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit sebagai ternyata dari contoh yang di bawah iniHatta maka tak selang waktu berapa lamanya Masyhudulhakk pun tumbuh besarlah. Kalakian maka bertambah kecerdikannya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari ada dua orang pasangan laki-istri berjalan. Maka sampailah ia ke sebuah sungai. Maka kemudian dicaharinya sebuah perahu sebab ia hendak menyeberang, namun tiada di dapat perahu ditantinya 1 kalau-kalau ada orang yang sedang lalu berperahu. Itu pun ternyata tiada juga ada lalu perahu orang. Maka padakalkian ia pun berhenti sejenak di sebuah tebing sungai itu bersama dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu nampak terlalu sngatlah baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudahlah tua, lagi nampaklah bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, ternyata air sungai itu dalam juga. Katanya, “Apa upayaku hendak dapat menyeberang sungai ini?”Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, “Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya.” Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, “Untunglah sekali ini!” Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, “Tuan hamba seberangkan apalah 2 hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, “Sebagaimana 3 hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam.”Maka kata orang tua itu kepada istrinya, “Pergilah diri dahulu.” Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, “Berilah semua barang perbekalan tuan hamba dahulu, nanti akan hamba seberangkan.” Maka kemudian diberikannyalah oleh perempuan itu segala perbekalan itu. Setelah semuanya diberikan maka kemudian diseberangkan wanita itu oleh Bedawi . Syahdan maka berpura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata 4 oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah mereka kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu berkata kepada perempuan itu, “Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba ini berlakikan dengan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba ini buangkan saja orang bungkuk itu, supaya tuan hamba ini bisa hamba ambit, dan akan hamba jadikan istri hamba.” Maka kemudian berbagai-bagailah katanya akan perempuan kata perempuan itu kepadanya, “Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu.”Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, “Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.” Unsur Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya Judul Hikayat Mashudulhakk perkara si bungkuk dan si panjang Tema Mengenai Kesetiaan dan juga Pengkhianatan dalam Cinta2 Tokoh dan Penokohan Tokoh Masyhudulhakk bersiat arif, bijaksana, gemar menolong, pandai dan baik pun tumbuh besarlah. Kalakian maka bertambah kecerdikan akalnya Panjang / Bedawi licik dan egois. Setting tempat Sungai, Tepi sungai Suasana Menyenangkan, Menegangkan dan Membingungkan Waktu tidak diketahui Alur Maju Eksposisi Mashudulhakk arif bijaksana dan pandai memutuskan perkara-perkara yang sulit maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari ada dua orang pasang laki-istri berjalan. Maka sampailah keduanya kepada suatu sungai. Unsur Ekstrinsiknya Nilai religiusitas kita musti mensyukuri apa yang kita miliki. Janganlah pernah memiliki perasaan sirik dan dengki dengan apa yang tidak kita miliki sebab apa yang apa yang kita miliki saat ini merupakan pemberian yang maha kuasa yang sudah diberikan kepada kita dan mungkin itu memang sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Nilai moral Jangan Pernah kita memutar balikkan fakta, dengan mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, sebab sebagaimanapun juga kebenaran dapat menglahkan kebatilan. Nilai social budaya Apapun tindak kesalahan yang dilakukan pastilah suatu saat akan mendapat ganjaran, pada hikayat ini dijelaskan bahwa seorang yang sudah berbauat keslahan seperti berbohong maka akan didera sebanyak seratus kali. Hikayat mashudulhakk ini berasal dari salah satu naskah lama Collectie Wall yang telah diubah di sana-sini sesudah dibandingkan dari hasil buku yang telah diciptakan oleh Wall berdasarkan naskah yang lainnya di dalam kumpulan buku tersebut. Pada Volksalmanak Melayu 1931 Balai Pustaka yang mana isi dari naskah ini digunakan Wall kemudian diringkas dan sambungannya dimuat pula, dengan alamat “Masyudhak”.. Dinantinya. Demikianlah materi pembahasan kali ini mengenai cntoh teks Hikayat, semoga ulasan ini bisa bermanfaat untuk sobat sekalian. Baca Juga Contoh Kalimat Efektif Fungsi Komposisi Contoh Syair
F3d6y.